Pages

Kamis, 23 Mei 2013

Festifal Internasional "Oostrozebeke Wereldfolkloreade 2013"




Parade keliling at Oostrozebeke

Alhamdulillah, mimpi kami untuk bisa tampil di panggung internasional akhirnya terwujud! Senin, 6 Mei 2013, 21 anggota Tim Tari Rampoe-Rapa’i Geleng IMABA FIB UGM berangkat ke Belgia untuk mengikuti festival 24 e Wereldfolkloreade di daerah Oostrozebeke. Ke-21 anggota tersebut terdiri dari 13 perempuan, dan 8 laki-laki, ditambah 1 orang pelatih yang menyusul berangkat tanggal 8 Mei 2013. Wereldfolkloreade adalah festival rutin dua tahunan yang diselenggarakan di wilayah Oostrozebeke, Belgia. Tahun ini adalah festival yang ke-24, jadi kalau dihitung-hitung, festival ini sudah berlangsung sejak 48 tahun yang lalu! Jumlah negara peserta yang mengikuti festival pada tahun ini adalah 8 negara, yaitu Indonesia, Yunani, Paraguay, Polandia, Rumania, India, Spanyol, dan Belgia.
Perjalanan menuju Belgia manghabiskan waktu sekitar 20 jam dengan rute pesawat Yogyakarta-Amsterdam (transit di Jakarta dan Abu Dhabi), dan perjalanan darat menuju Oostrozebeke, Belgia selama lebih kurang 3 jam.

Sesampainya di Oostrozebeke, kami langsung dibawa menuju Sport Centrum De Mandelmeersen(GOR-nya Oostrozebeke) untuk makan siang, rehearsal, dan menunggu jemputan host family. Sebagai informasi, selama di Oostrozebeke ini, kami tinggal bersama host family, di mana setiap satu host family kebagian jatah mengurus dua anak. Salah satu host family kami adalah orang Indonesia yang suaminya berkewarganegaraan Belgia dan menetap di Oostrozebeke, namanya mbak Titin   Sisa hari itu kami habiskan bersama host family kami yang baru di rumah masing-masing. Pada festival ini kami akan tampil sebanyak lima kali dan penampilan pertama kami dijadwalkan tanggal 8 Mei 2013 jam 14.00 waktu setempat.
Penampilan pertama kami pada festival ini adalah tari kreasi yang menggabungkan tari-tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk penampilan kedua dan seterusnya kami menampilkan tarian ratoeh dan rapa’i geleng secara bergantian.
Agenda di hari kedua, tanggal 9 Mei 2013 adalah parade, pasar seni, dan penampilan berdurasi 8 menit. Parade dilakukan dengan mengelilingi jalanan sekitar Oostrozebeke. Kami mengenakan kostum tari sambil membawa alat musik tradisional kebanggaan Indonesia, angklung. Sepanjang parade kami memainkan angklung diiringi tabuhan rapa’i. Warga yang menyaksikan parade terlihat sangat tertarik dengan suara angklung yang kami mainkan. Di akhir parade, kami membawakan sedikit gerakan ratoeh di hadapan warga.
 
kakak-kakak lagi unjuk gigi di parade  :)
Setelah parade berakhir, kami langsung bersiap untuk tampil pada urutan pertama di Sport Centrum. Suhu udara yang mencapai 13 derajat celcius membuat tangan kami nyaris membeku dan sedikit menyulitkan untuk bergerak. Untung saja suhu di dalam GOR lebih hangat. Penampilan kedua kami bisa dibilang sukses memukau penonton yang hadir di Sport Centrum. 

Penampilan ketiga di hari berikutnya yang berdurasi 30 menit diisi dengan dua tarian, yaitu ratoeh duek dan rapa’i geleng. Pada 15 menit pertama diisi dengan penampilan kakak-kakak dengan ratoeh-nya, dan di 15 menit berikutnya diisi dengan penampilan abang-abang beserta rapa’i-nya. Salah satu host family kami mengatakan bahwa tarian yang dibawakan grup dari Indonesia ini benar-benar original dan berbeda dari negara-negara lain. Dikatakan berbeda karena hanya Indonesia yang menampilkan tarian dengan cara duduk dan itu benar-benar membuat mereka tertarik dan kagum. Kami merasa senang dengan ketertarikan penonton akan budaya Indonesia, dan budaya Aceh pada khususnya. Hal tersebut menjadi
semangat bagi kami untuk tetap menampilkan yang terbaik demi memperkenalkan budaya  Indonesia K epanggung Internasional

Eheem, ada yang spesial di penampilan keempat dan kelima di hari terakhir, yaitu………….bapak konsulat Indonesia datang menyaksikan penampilan kami  Bangga banget rasanya ditonton oleh pejabat penting. Tidak hanya itu, ketika mengetahui konsulat Indonesia akan datang, pihak panitia langsung mengundang walikota Oostrozebeke untuk datang dan menemani konsulat Indonesia. Wah, ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk menampilkan yang terbaik. Penampilan keempat berdurasi 12 menit di siang hari diisi oleh abang-abang rapa’i geleng, dan penampilan kelima di sore hari, yang sekaligus menjadi penampilan terakhir Indonesia di festival ini berdurasi 40 menit dan diisi dengan kolaborasi ratoeh dan rapa’i geleng. Di awal penampilan, Icha, yang menjadi syeh kami, menyapa penonton dengan bahasa Belanda (wilayah Belgia yang menjadi tempat berlangsungnya festival menggunakan bahasa Belanda), sapaan tersebut tentu saja membuat penonton bersorak dan suasana menjadi lebih hangat. Selain menyapa penonton, Icha juga menyampaikan selamat hari ibu (hari ibu di Belgia dirayakan setiap tanggal 12 Mei).
Performen di depan para bule

Hal paling berkesan di penampilan terakhir ini adalah ketika penonton tidak berhenti bertepuk tangan sambil meneriakkan “We love you, Indonesia!”. Alhamdulillah, alhamdulillah, penonton bisa menikmati dan mengenal salah satu budaya Indonesia yang berasal dari Aceh ini. Di akhir penampilan, panitia menyerahkan sertifikat, plakat, coklat serta bir khas Belgia kepada kami. Kami pun tak mau ketinggalan memberikan souvenir khas Indonesia kepada panitia sebagai ucapan terima kasih.
Di tengah2 parade narsis dulu
Perjuangan kami untuk bisa berada di panggung wereldfolkloreade ini tidaklah mudah. Untuk itu kami juga berterima kasih kepada segenap pihak yang dengan ikhlas telah membantu kami meraih apa yang kami impikan.
Terima kasih. Terima kasih 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

handapeunpost