KESUSASTRAAN ARAB DAN PERIODERISASINYA
Semua bangsa yang ada didunia, mutlak
menjadi ketetapan kodrat, bahwa setiap bangsa atau umat mempunyai
kelebihan masing-masing. Bisa jadi kelebihan suatu bangsa atau kaum
tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Dalam perkembangan
sejarah umat manusia telah disebutkan bahwa bangsa Yunani kuno, bangsa India,
Tiongkok, Mesir kuno dan bangsa Arab telah mempunyai peradaban tinggi sebelum
bangsa Eropa maju.
Kemudian
bagaimana dengan peradaban bangsa Arab dimasa lalu yang menjelma dengan sangat
tinggi, tatkala khalifah Al- Mansur dari dinasti Abasiah berkuasa dan meraih
puncak keemasan secara gemilang dalam bidang ilmu pengetahuan, hal ini tidak
terlepas dari perhatian usaha dan kecintaan bangsa Arab terhadap
bahasnya, atau dapat dikatakan sebagai akumulasi dari hasil usaha mereka dalam
melestarikan bahasa Arab jauh sebelum peradaban itu menjelma.
Bahasa Arab pada
zaman Jahiliyah ada dua bentuk prosa dan syair. Prosa berfungsi sebagai alat
komunikasi tetapi kedudukannya tidak lebih tinggi dari syair, sehingga prosa
ini kurang mendapat tempat dihati orang-orang Arab, anggapan mereka bahwa prosa
tidak mengandung unsure keindahan dan seni dalam mengungkapkan apa yang hendak
mereka ungkapkan. Lain lagi halnya dengan syair, bangsa Arab mempunyai
ketajaman dalam menilai bahasa, keindahan dalan berucap yang senantiasa
disatukan dengan perasaan yang sangat halus yang merela miliki, sehingga mereka
mampu berimajinasi dengan sangat tinggi. Faktor inilah yang menjadi modal dasar
bangsa Arab untuk menggugah syair yang indah dengan berbagai tujuannya sesuai
dengan apa yang sedang bergejolak dalam jiwanya. Karna menurut pandangan bangsa
Arab syair merupakan puncak keindahan dalam sastra mereka dibanding dengan
hasil sastra lainnya.
Syair –syair
yang mereka lantunkan dapat memukau dan mempengaruhi jiwa sipendengarnya,
sehingga sudah menjadi tradisi dan kebiasaan orang Arab untuk selalu
menghafalkan apa yang telah mereka dengar sampai benar-benar hafal.
Kemudian syair-syair itu diajarkan kepada anak cucunya atau kerabat dalam
kabilah itu sehingga sampai kepada beberapa generasi berikutnya. Peran
dan fungsi bahasa pada zaman Jahiliyah sangatlah sederhana seirama dengan
kesederhanaan letak geografisnya, ketandusan wilayahnya yang menyebabkan mereka
tidak dapat bertani, dan jalannya perdagangan sangat sulit dan rumit
akibat daerah yang satu dengan yang lainnya sangat berjauhan, dan
juga peperangan antar suku kerap terjadi. Hal seperti inilan membuat bahasa
mereka sangat sederhana.
Bahasa tidak hanya
sebagai alat komunikasi tetapi bahasa berfungsi untuk menggambarkan dan
menceriterakan seluruh yang menjadi perjalanan kehidupan mereka, dan ini
semua mereka komunikasikan melalui syair-syairnya.
Berikut ini tujuan-tujuan syair pada masa
Jahiliyah
1.
Tasybib adalah syair yang menceriterakan dan menggambarkan cumbu rayau, wanita
dan kecantikannya, kekasihnya, tempat tinggalnya dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan percintaannya.
2.
Washfu adalah syair yang menceriterakan tentang gambaran alam yang indah,
kejadian-kejadian yang menarik yang singgah pada mereka, sifat-sifat yang baik
pada seseorang, serta mensifati jalannya peperangan,
3. Ratsa
adalah syair yang digungkan untuk mengenang jasa-jasa seseorang yang
telah meninggal.
4.
Fakhr adalah syair yang digunakan untuk berbangga-banggaan tentang kelebihan
dan keunggulan yang mereka miliki dari suatu kaum, misalnya tentang
keberaniannya dan kemenangan yang mereka peroleh dari suatu even
5.
Madch adalah syair yang digunakan untuk memuji seseorang dengan segala sifat
baiknya, karekteristiknya dan kebesaran yang mereka miliki, seperti
keadilannya, kedermawanannya, ketinggian budi pekertinya, keberanian dalam
sikap yang positif, dan sifat-sifat baik mereka dalam menerima tamu.
6. I
’tidzar adalah syair yang digunakan dalam mengungkapkan rasa penyesalannya dan
permohonan maaf akibat kesalahan dan kekeliruannya yang telah mereka perbuat
7.
Hijaa adalah syair yang digunakan untuk mencaci menjelek-jelekan lawan tentang
keburukan dan kekurangannya musuh.
Ilmu Arudh
adalah suatu ilmu yang menjadi barometer dalam menilai baik atau tidaknya suatu
gubahan syair yang ditimbang melalui metoda arudh, apabila syair mereka
itu sesuai dengan ilmu tersebut maka syair itu akan menjadi
terkenal, masyhur dan mendapat perhatian dan penghormatan yang sangat
luar biasa seperti syair itu dipertandingkan , dilombakan di pasar Ukaz
dan Pasar Majannah dan puncak penghormatan yang paling tinngi
dengan di gantungkan pada dinding Ka’bah yang bertintakan emas..
Mengenal Sastra Arab
|
![]()
Sejarah
kesusastraan Arab terdiri dari beberapa periode, yaitu zaman jahiliyyah
(pra-Islam), zaman permulaan Islam, zaman Bani Umayyah, zaman Bani Abbasiyah
(berakhir bersamaan dengan keruntuhan Baghdad akibat serangan Mongol), zaman
pertengahan / zaman kemunduran, dan zaman modern (sejak abad ke-13 H).
Apa saja yang ada
dalam adab?
Secara
garis besar, karya adab dibedakan atas dua genre ( النوع ), yaitu puisi (الشعر) dan prosa ( النثر ). Secara kategoris, puisi bisa dibedakan
atas puisi perasaan (الشعر الغنائي أوالوجداني ), puisi cerita (الشعر القصصي أو الملحمي), puisi perumpamaan (الشعر التمثيلي ), dan puisi pengajaran ( الشعر التعليمي ). Prosa bisa dibedakan atas prosa tertulis
dan prosa tak tertulis.
Prosa
tertulis meliputi prosa naratif (القصة) dan prosa non naratif (المقال). Prosa naratif meliputi biografi (الرواية), kisah (القصة) , cerita pendek (الأقصوصة = القصة القصيرة), dan novel. Adapun prosa non naratif bisa
dibedakan atas prosa subyektif (argumentasi/persuasi) (المقال الذاتي) dan prosa obyektif (deskripsi/eksposisi) (المقال الموضوعي). Prosa tak tertulis meliputi pidato (الخطابة), ceramah (baik ceramah audiovisual (المحاضرة) maupun ceramah auditorial (الحديث الاذاعي), dan drama (المسرحية). Drama sendiri dibedakan atas drama komedi (الملهاة) dan drama nonkomedi (المأساة). Diantara berbagai genre adab diatas, novel dan
drama merupakan genre yang tidak asli Arab, akan tetapi datang dari Eropa.
Perkembangan adab
dari masa ke masa
Pada
zaman jahiliyah, genre adab yang paling dominan ialah puisi. Saat itu puisi
yang paling populer ialah المعلقات (Puisi-puisi Yang Tergantung). Disebut demikian karena puisi-puisi
tersebut digantungkan di dinding Ka’bah. Dinding Ka’bah kala itu kurang lebih
juga berfungsi sebagai “majalah dinding”. Penyair yang paling
terkenal pada masa jahiliyyah ialah Imru’ul
Qais. Disamping itu tercatat pula nama-nama seperti Al-A’syaa, Al-Khansa,
dan Nabighah
Adz-Dzibyani.
Berdasarkan
temanya, puisi zaman jahiliyah dibedakan atas الفخر (membangga-banggakan diri atau suku), الحماسة (kepahlawanan), المدح (puji-pujian), الرثاء (rasa putus asa, penyesalan, dan kesedihan),الهجاء (kebencian dan olok-olok), الوصف (tentang keadaan alam), الغزل (tentang wanita), الاعتذار (permintaan maaf).
Setelah
Islam datang, tidak berarti bahwa puisi-puisi menjadi dilarang. Islam datang
untuk memelihara yang sudah baik, memperbaiki yang kurang baik, menghilangkan
yang buruk-buruk saja, dan melengkapi yang masih lowong. Tentang puisi, Nabi
bersabda,”إن من الشعر حكمة (Sesungguhnya diantara puisi itu terdapat hikmah)”. Ketika Hasan
ibn Tsabit (شاعر الإسلام ) mengajak untuk mencemooh musuh - musuh
Islam, Nabi berkata, ”هجاهم و جبريل معك (Cemoohlah mereka, Jibril bersamamu)”. Nabi
pernah memuji puisi Umayyah ibn Abu Shalti, seorang penyair jahiliyah
yang menjauhi khamr dan berhala. Nabi juga pernah memuji puisi Al-Khansa,
seorang wanita penyair zaman jahiliyyah. Bahkan, Nabi pernah menghadiahkan
burdah (gamis)-nya kepada Ka’ab
ibn Zuhair saat Ka’ab membacakan qasidahnya yang berjudul بنات سعاد . Karena itu, muncullah apa yang disebut dengan Qasidah
Burdah.
Di masa permulaan Islam ini, berkembang pula genre pidato dan
Pada
masa Bani Umayyah, muncul tema-tema politik dan polemiknya sebagai dampak
dari ramainya pergelutan politik dan aliran keagamaan. Namun, pada masa ini
Islam juga mencapai prestasi pembebasan (القتوح) yang luar biasa, sehingga banyak memunculkan
شعر الفتوح و الدعوة الإسلامية (Puisi Pembebasan dan Dakwah Islam).
Pada
zaman Bani Abbasiyah,
Masa
Bani Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Sastra Arab. Karena
Islam juga eksis di
Setelah melewati
Masa Keemasan, kesusastraan Arab kemudian memasuki masa kemunduran, yang
sering juga disebut sebagai zaman pertengahan, zaman Mamluk, atau zaman
Turki. Secara umum kemunduran ini disebabkan oleh mulai timbulnya
instabilitas politik. Bahasa Arab saat itu bahkan bisa dikatakan telah hancur
dihadapan bahasa resmi, Turki. Meski namanya zaman kemunduran, namun tidak sedikit
para sastrawan ternama muncul pada masa ini.
Menjelang
zaman modern, sastra Arab mulai dihadapkan dengan sastra Barat. Dalam hal
ini, terdapat dua aliran utama. Pertama, aliran konservatif (المحافظون), yakni mereka yang masih memegang
kaidah puisi Arab secara kuat. Mereka itu antara lain Mahmud Al-Barudi dan Ahmad Syauqi. Yang
terakhir disebut ini sering dikenal dengan sebutan أمير الشعراء (Pangeran Para Penyair) dan Poet of Court (Penyair Istana).
Disamping itu terdapat pula Hafizh
Ibrahim yang dikenal dengan sebutan Poet of People (Penyair Rakyat). Aliran
yang kedua ialah aliran modernis (المجددون), yakni mereka yang ingin lepas dari kaidah dan
Memasuki
zaman modern, perseteruan antara sastra Arab dan sastra Barat semakin
menjadi-jadi. Dalam dunia puisi, terdapat dua aliran utama, yakni konservatif
dan modernis. Di kubu konservatif terdapat Mushthafa
Shadiq Al- Rafi’i, Mahmud
Abbas Al-Aqqad dan kawan-kawan. Sementara di kubu modernis
terdapat Ahmad Amin,
Muhammad Husain Haikal,
Taha Husain, dan kawan-kawan. Dalam dunia puisi juga terdapat
aliran konservatif dan modernis. Aliran modernis memperkenalkan puisi bebas
(puisi tanpa sajak). Beberapa sastrawan aliran Romantik pada tahun 1930-an
telah mendirikan kelompok penyair bernama Kelompok
Apollo. Satu perkembangan unik puisi di masa ini ialah munculnya شعر المقاومة (Puisi Perlawanan) yaitu puisi yang
menggelorakan perlawanan Islam dan Arab melawan Zionis
Kesusastraan
Arab tidak hanya telah diramaikan oleh umat Islam. Beberapa sastrawan
nonmuslim, meskipun tidak banyak, telah diakui (minimal oleh dunia Barat)
sebagai bagian dari komunitas sastra Arab. Diantara mereka terdapat Khalil Jibran (Kahlil Gibran),
dengan karya terkenalnya الأجنحة المتكسرة (Sayap-sayap Patah) dan الأرواح المتمردة (Jiwa-jiwa Pemberontak).
|
Sejarah Sastra Arab
REP | 08 June 2011 |
15:18
211
0
Nihil



Sastra merupakan segala
aktivitas manusia atau prilakunya, baik yang berbentuk verbal maupun fisik,
yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Aktifitas itu berupa fakta
manusia yang melahirkan aktivitas social tertentu, aktivitas politik tertentu,
maupun kreasi cultural seperti filsafat, seni rupa, seni gerak, seni patung,
seni music, seni sastra dan yang lainnya. Setiap kita hidup dan beraktivitas,
kita tidak sadar bahwa sebenarnya dunia sastra sangat berkaitan erat dengan
kita semua. Teuw pernah berpendapat bahwa sastra berada dalam urutan keempat
setelah agama, filsafat, ilmu pengetahuan, sebagai disiplin ilmu ia menempati
posisi keempat karena menurut hemat penulis ke empat bidang tersebut saling
bertransformasi dan merugulasi diri (self regulating) bidang mereka masing
masing. Pengaruhnya jelas terasa hingga saat ini dan bangsa Arab menyebutnya
miratul haya sebagai cerminan kehidupan mereka, bukan hanya itu dengan
bersastra ia akan mengetahui rekaman sejarah kehidupan mereka pada masa lalu.
Pada masa jahili (pra
islam) sudah ada dan terdapat tradisi keilmuaan yang tinggi yakni bersyair
dan penyair yang terkenal pada masa itu disebut dengan penyair mualaqat.
Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap hasil
karya syair yang terbaik dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh bangsa
Arab. Hasil syair karya mereka terkenal dengan sebutan Muallaqat. Dinamakan
muallaqat (kalung perhiasan) karena indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai
perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum muallaqat
mempunyai arti yang tergantung, sebab hasil karya syair yang paling indah
dimasa itu, pasti digantungkan di sisi Ka’bah sebagai penghormatan bagi penyair
atas hasil karyanya. Dan dari dinding Ka’bah inilah nantinya masyarakat umum
akan mengetahuinya secara meluas, hingga nama penyair itu akan dikenal oleh
segenap bangsa Arab secara kaffah dan turun temurun. Karena bangsa Arab sangat
gemar dan menaruh perhatian besar terhadap syair, terutama yang paling terkenal
pada masa itu. Seluruh hasil karya syair digantungkan pada dinding Ka’bah
selain dikenal dengan sebutan Muallaqat juga disebut Muzahabah yaitu syair
ditulis dengan tinta emas. Sebab setiap syair yang baik sebelum digantungkan
pada dinding Ka’bah ditulis dengan tinta emas terlebih dahulu sebagai
penghormatan terhadap penyair.
Kendati pada masa ini disebut
masa jahili (pra islam), tetapi mereka mempunyai kebudayaan tinggi. Bersyair
merupakan sebuah karya yang sangat orisinil bangsa Arab pada masa itu menjadi
sumber hukum yang pertama. Baru setelah datangnya masa Islam semua itu berobah
total. Islam sebagai rahmatan lil alamin dengan quran dan hadis sebagai sumber
hukumnya, menyeru kepada kebaikan, menghormati sesama jenis, saling mencintai
dan saling mengenal, yang bertitik beratkan kepada aspek moral yakni makarimal
akhlak. Dari masa Rasuluah, Khufahurasidin, sampai keruntuhan Abasiah akibat
ekspedisi Hulagukhan dengan berimbas berdirinya kerajaan mamluk di Turki
(Konstantinopel) sastra Arab masih tetap bertahan kendati mengalami pasang
surut pada dinasti keruntuhan Abasiah dan mamluk.
Setelah hampir lima abad berada dalam masa surut bahkan
keterpurukan di berbagai bidang, maka pada akhir abad ke-18 M bangsa Arab mulai
memasuki fase sejarah “kesadaran dan kebangkitan.” Kesadaran ini semakin
mendapat energinya setelah mereka bersentuhan dengan kebudayaan Barat melalui
ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1798. Kesadaran dan tambahan
energi itu lantas diimplementasikan di masa Muhammad Ali dengan cara
mengirimkan banyak sarjana ke Barat. Penerjemahan berbagai karya asing Barat,
baik tentang kesusastraan atau ilmu pengetahuan lainnya digalakkan dengan motor
Rifa’ah Rafi’ al Tahtawy (1801-1873 M). Banyak percetakan dan penerbitan
majalah atau surat
kabar muncul. Dalam kondisi penuh semangat pembaharuan ini, kesusastraan Arab
merangkak bangkit. Era baru kesusastraan modern pun dimulai.Baru pada masa
modern ini sastra Arab mulai berkembang karena girah dan kesadaran akan
pentingnya khazanah peradaban yang di pelopori oleh Al-Barudi, Khalil Mutaran
Ahmad Syauki dkk. Pada masa ini sudah terjadi transformasi intelektual dengan
berpuncak pada revolusi Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar